Pada akhir tahun 2021, dunia hypercar mengalami perubahan yang signifikan dengan terbentuknya perusahaan patungan antara Rimac dan Bugatti yang diberi nama Bugatti Rimac. Keterlibatan kedua merek ini, satu sebagai produsen hypercar EV dan yang lainnya sebagai produsen hypercar bermesin pembakaran konvensional, menimbulkan pertanyaan apakah keduanya dapat hidup berdampingan tanpa kehilangan identitas masing-masing. CEO Bugatti Rimac, Mate Rimac, telah menegaskan komitmen untuk menjaga karakteristik unik dari setiap merek meskipun Porsche juga turut berperan penting dengan memiliki 45 persen saham dalam perusahaan patungan tersebut. Berdasarkan laporan Bloomberg, Rimac juga tertarik untuk mengakuisisi sebagian saham Porsche dalam perusahaan ini.
Rimac telah mengajukan tawaran awal tanpa menyebutkan angka dolar secara spesifik, namun perkiraan nilai perusahaan patungan ini mencapai sekitar $1,1 miliar. Adanya rencana pembelian saham Porsche juga melibatkan upaya Rimac mencari investor lain untuk mendukung kesepakatan tersebut. Meskipun masih dalam tahap awal dan tengah dalam proses negosiasi, pembicaraan ini belum dikonfirmasi secara resmi oleh pihak Porsche dan Rimac. Meski Porsche masih mengalami penurunan penjualan global, khususnya pada tahun 2024, di tengah kondisi industri otomotif global yang berubah, kesepakatan tersebut bisa memberikan dorongan finansial bagi Porsche.
Sementara Bugatti terus berinovasi dengan pembaruan pada model hypercar-nya, termasuk memasukkan elemen elektrifikasi dalam desainnya. Kehadiran V-16 terbaru Tourbillon dengan tiga motor listrik menunjukkan usaha Bugatti untuk tetap menjadi pemimpin di pasar hypercar. Di sisi lain, Rimac dengan model Nevera-nya yang mengesankan menggunakan empat motor listrik menghasilkan tenaga yang begitu besar. Potensi pengambilalihan Bugatti oleh Rimac juga menjanjikan perkembangan yang menarik bagi industri hypercar di masa depan. Tunggu informasi lebih lanjut mengenai perkembangan terbaru dari kisah perusahaan patungan Bugatti Rimac.
