Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, mengundang para rektor atau perwakilan rektorat dari sepuluh perguruan tinggi di wilayahnya pada Minggu malam. Mereka yang hadir berasal dari berbagai perguruan tinggi ternama seperti UGM, UNY, UIN Sunan Kalijaga, UPN Veteran Yogyakarta, ISI, UII, UMY, UAJY, USD, dan Amikom Yogyakarta. Pertemuan antara Sultan dan para petinggi kampus bertujuan untuk menyamakan persepsi dalam menghadapi situasi yang memanas di berbagai daerah, termasuk Yogyakarta. Sultan berharap agar dialog yang dilakukan dapat membantu menumbuhkan demokratisasi yang baik tanpa kekerasan dan mengarahkan mahasiswa dengan baik.
Selain mendiskusikan masalah dengan perguruan tinggi, Sultan juga berkoordinasi dengan dinas pendidikan untuk memastikan para pelajar tidak membolos sekolah demi mengikuti aksi turun ke jalan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa demokrasi tumbuh dengan itikad baik tanpa menimbulkan korban atau kerusakan yang bersifat anarkis. Meskipun tidak memberikan imbauan khusus terkait kemungkinan adanya aksi unjuk rasa, Sultan berharap agar segala agenda berjalan aman, lancar, dan aspirasi dapat tersampaikan dengan baik. Dalam konteks keamanan dan ketertiban, Sultan telah meminta Kapolda DIY untuk menyelidiki kasus mahasiswa yang meninggal saat berpartisipasi dalam aksi di Mapolda DIY.
Rektor UGM, Arie Sujito, menyatakan bahwa kampusnya tidak akan menghalangi mahasiswanya untuk menyuarakan aspirasi, namun mengingatkan untuk menghindari tindakan kekerasan. Begitu juga dengan kebijakan dari UII yang menjamin kebebasan mahasiswa untuk bersuara, tetapi tetap menekankan tradisi damai dalam menyampaikan aspirasi di Yogyakarta. Antarkampus di DIY telah bersepakat untuk saling mendukung, bahu-membahu, dan menjaga agar tidak ada provokasi. Semua pihak sepakat untuk menjaga keamanan, ketertiban, serta tradisi damai dalam menyuarakan aspirasi di Yogyakarta.
