Disney pada masa lalu dianggap anti-Yahudi, namun sekarang mendukung Israel secara mantap

by -105 Views

Pada 27 Mei 1933, Walt Disney merilis film animasi pendek berjudul “Three Little Pigs”. Sesuai namanya, film ini menitikberatkan pada peran 3 kartun babi yang kemudian diberi cerita sedang membangun rumah.
Awalnya semua berjalan lancar. Mereka membangun rumah sambil bernyanyi dan tertawa riang. Namun, di saat sedang sibuk mengurusi rumah, tiba-tiba muncul serigala hitam dengan taring yang menyeramkan.
Serigala itu terlihat ingin menyerangnya. Ketiga babi itu praktis ketakutan. Dan seperti alur film kartun pada umumnya terjadilah aksi kejar-kejaran.
Singkat cerita, babi berhasil menyembunyikan diri di rumah. Si serigala memaksa masuk dengan beragam cara: mendobrak pintu dan melakukan peledakan, tetapi semuanya tidak membuahkan hasil. Hingga akhirnya, serigala menemukan cara terbaik: memanjat atap dan masuk lewat cerobong asap. Sayangnya, cara ini sudah ditebak sang babi. Tepat di dasar cerobong asap tempat serigala mendarat, babi itu sudah menyiapkan panci berisi air panas. Benar saja, saat serigala mendarat dari cerobong asap, tubuhnya langsung masuk ke panci tersebut. Dia menjerit kesakitan dan lari tunggang-langgang. Si babi tertawa seketika terbahak-bahak seakan merayakan kemenangan dari serigala jahat. Film pun selesai.
Bagi anak kecil polos yang menonton jelas itu hanya hiburan semata. Apalagi di tahun 1930-an, anak-anak kecil sangat menyukai film kartun besutan Disney yang sudah tak diragukan kredibilitasnya. Terlebih, “Three Little Pigs” setahun setelah tayang perdana mendapat penghargaan tertinggi di jagat sinema, yakni Academy Award.
Akan tetapi, bagi orang dewasa yang sudah mengerti segala macam isi dunia, film itu terasa janggal. Kemunculan serigala hitam yang diberi karakter antagonis itu mengingatkan orang-orang pada Yahudi. Apalagi, kostum serigala itu mengarah ke sana: memakai kostum khas Yahudi, lengkap topi panjang berujung bundar.
Artinya, banyak orang menganggap berakhirnya adegan tersebut dengan kekalahan serigala sama saja menyudutkan Yahudi. Dari sini, tulis media Inggris The Independent, muncul tuduhan anti-Semitisme kepada Disney sejak dia hidup hingga sekarang, sekalipun orangnya sudah meninggal.
Mengutip Encyclopaedia Brittanica, anti-Semitisme merujuk pada permusuhan atau diskriminasi terhadap orang Yahudi sebagai kelompok agama atau ras. Istilah ini tercipta oleh Wilhelm Marr, seorang warga negara Jerman yang masif mengkampanyekan gerakan anti-Yahudi di akhir abad ke-19.
Gerakan ini kelak mencapai puncaknya ketika Adolf Hitler menjadi Kanselir Jerman pada 30 Januari 1933. Selama berkuasa Hitler melakukan tindakan di luar batas kemanusiaaan kepada Yahudi yang dianggapnya inferior.
Atas dasar inilah, tuduhan ini terasa kental karena tanggal rilis “Three Little Pigs” bertepatan dengan tindakan Hitler tersebut. Jadi, dengan melihat persinggungan ini, maka tak heran apabila banyak orang kala itu menyikapi kartun tersebut secara tidak biasa.
Rumor dan tuduhan anti-Semitisme kepada Disney ini pun kemudian terus bergulir. Masih mengutip The Independent, tuduhan ini didasarkan juga atas beberapa kartun dan sikap Disney lainnya.
Sebut salah satunya saat Mickey Mouse dalam serial “The Opry House” digambarkan berdandan dan menari seperti kelompok Yahudi Hasid. Ada pula yang menyebut kalau Walt Disney dan pengacaranya Gunther Lessing pernah mengunjungi organisasi pro-NAZI, German American Bund pada akhir 1930-an. Tak cuma itu, pada 1938 Disney juga diketahui menerima sutradara Nazi Leni Riefenstahl ke studionya sesaat setelah kejadian Kristallnacht, kerusuhan di Jerman yang menyasar Yahudi.
Sayangnya, rumor dan tuduhan itu tak pernah diluruskan oleh Walt Disney semasa hidup. Alhasil, cap anti-Semitisme kepada Disney terus terjadi hingga sekarang. Di kaum elit tuduhan ini pernah mencuat kembali pada 2014 lalu saat aktris Hollywood Meryl Streep di salah satu ajang penghargaan bergengsi pernah menyebut Disney sebagai sosok yang “mendukung industri anti-Semit.”
Satu-satunya bantahan atas tuduhan tersebut dikeluarkan oleh penulis biografi Disney, Neal Gabler. Mengutip situs Vulture, Gabler menyebut Disney bukanlah seorang anti-Semit berdasarkan bukti-bukti. Penyebab tuduhan ini terjadi, kata dia, akibat Disney bekerjasama dengan organisasi Motion Picture Alliance for the Preservation of American Ideals. Kebetulan organisasi itu mengusung anti-Komunis dan anti-Semit.
“Dan meskipun Walt sendiri, menurut perkiraan saya, tidak anti-Semit, namun dia rela bersekutu dengan orang-orang yang anti-Semit, dan reputasi itu melekat. Dia tidak pernah benar-benar bisa menghapusnya sepanjang hidupnya. […] di antara orang-orang Yahudi yang bekerja di sana, sulit untuk menemukan orang yang menganggap Walt adalah seorang anti-Semit,” kata Gabler.
Meski sudah ada bantahan, Gabler benar: reputasi itu sudah terlanjur melekat. Terlepas dari tuduhan anti-Semit yang menyelimuti Walt Disney dan perusahaan raksasa hiburan Walt Disney Company hingga sekarang, satu hal yang pasti kini perusahaan itu menyatakan dukungannya ke negara Yahudi, Israel.
Dalam situs resmi perusahaan, Walt Disney diketahui memberikan bantuan ke Israel pada 15 Oktober lalu untuk menanggulangi dampak dari serangan milisi Hamas. Total bantuan mencapai US$ 2 juta atau setara Rp31 Miliar.
“Setelah serangan teroris mengerikan yang menargetkan orang Yahudi di Israel akhir pekan lalu, kita semua harus melakukan apa yang kita bisa untuk mendukung orang-orang tak bersalah yang mengalami begitu banyak penderitaan, kekerasan, dan ketidakpastian, terutama anak-anak,” kata CEO Walt Disney Company, Robert A. Iger, dalam situs resminya dikutip Senin lalu.