Volvo Cars sedang mengalami masa sulit setelah mencatat rekor penjualan dan keuntungan pada tahun sebelumnya. Kuartal pertama tahun ini menunjukkan penurunan yang signifikan dalam pendapatan, laba usaha, dan penjualan kendaraan secara global. Untuk mengatasi situasi ini, Volvo mengumumkan rencana pemotongan biaya besar-besaran hingga $1,87 miliar dengan tujuan mengurangi biaya operasional.
CEO Volvo Cars, Håkan Samuelsson, mengakui bahwa industri otomotif sedang menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan perusahaan perlu bertindak cepat untuk menghadapinya. Rencana pemotongan biaya akan melibatkan pemutusan hubungan kerja dan pengurangan investasi yang lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya.
Selain pemotongan biaya, Volvo juga akan melakukan restrukturisasi operasi di Amerika Serikat dengan menciptakan wilayah penjualan baru yang meliputi AS, Kanada, dan pasar di Amerika Latin. Mike Cottone, kepala operasi Volvo di AS dan Kanada, akan mengundurkan diri setelah hampir 20 tahun bekerja di perusahaan tersebut, dan Luis Rezende akan memimpin wilayah Amerika yang baru.
Volvo juga akan mengalihkan fokus operasionalnya ke wilayah baru seperti Amerika dan Greater China, serta merencanakan peluncuran model plug-in hybrid jarak jauh pertamanya di Cina. Langkah-langkah ini merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk mengambil tindakan yang diperlukan untuk tetap berdaya saing dalam industri yang semakin kompetitif.
Meskipun Volvo Cars menghadapi tantangan yang signifikan, perusahaan tetap optimis untuk menghadapi masa depan dengan strategi yang lebih kuat dan tangguh. Menariknya, perubahan-perubahan ini diproyeksikan akan mencapai titik puncaknya pada tahun 2026, ketika hasil dari restrukturisasi dan pemotongan biaya diharapkan mulai terlihat. Selain itu, dengan gelombang pengumuman dan rencana baru yang dijalankan oleh kepemimpinan baru, Volvo Cars memasuki babak baru dalam evolusi perusahaannya.