Politikus senior dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Yahidin Umar, mulai mempertanyakan niat kolega satu partainya, Muhamad Romahurmuzy atau Romy, yang diduga hendak menjual partai menjelang pelaksanaan Muktamar dan pemilihan ketua umum baru pada September 2025. Yahidin mengkritik langkah Romy yang dianggap memiliki kepentingan dengan mendukung pihak eksternal untuk maju sebagai calon ketua umum, meskipun menurutnya hal tersebut merupakan hal yang wajar dalam pola pikir seseorang dalam partai. Menurut Yahidin, aturan partai menetapkan tahapan dan prosedur untuk menjadi ketua umum, namun perubahan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) partai bukanlah hal yang mutlak, termasuk persyaratan bahwa ketua umum harus berasal dari internal kader partai. Meskipun demikian, ia menekankan bahwa setiap perubahan AD ART harus disetujui oleh peserta Muktamar dan diragukan bahwa pihak eksternal yang disebut-sebut bersedia untuk maju sebagai ketua umum. Romy, sebagai tanggapan atas kritik tersebut, mengklaim memahami pandangan Yahidin sebagai seorang senior dalam partai yang lebih tertarik pada hal-hal internal. Namun, ia juga melihat bahwa kesalahan umum yang terjadi dalam banyak partai adalah kebanggaan terhadap masa lalu dan ketidakmampuan untuk terbuka terhadap eksternal. Di sisi lain, sejumlah nama mulai muncul sebagai calon ketua umum PPP di Muktamar, baik dari internal maupun eksternal partai, termasuk tokoh seperti Sandiaga Uno, Syaifullah Yusuf alias Gus Ipul, Dudung Abdurrachman, Marzuki Alie, Agus Suparmanto, dan Amran Sulaiman yang dikenal memiliki dukungan dari pengusaha terkait.
Senior PPP Singgung Romy Menjual Partai sebelum Muktamar
