Pimpinan dari Letnan Jenderal TNI (Purn) Soegito

by -85 Views

Oleh: Prabowo Subianto

Waktu saya baru lulus Sekolah Komando, penempatan pertama saya di Korps Baret Merah adalah di Grup 1 Para Komando. Waktu itu Korps Baret Merah bernama Kopassandha, Komando Pasukan Sandi Yudha. Danjennya adalah waktu itu Brigadir Jenderal TNI Yogie S. Memet, yang kemudian menjadi Letnan Jenderal TNI.

Komandan grup saya, Grup 1 Para Komando, waktu itu adalah Letnan Kolonel Soegito yang kemudian menjadi Kolonel. Sosok beliau cukup tinggi, kekar, dan besar. Saya tidak terlalu dekat dengan beliau karena saya masih Letnan Dua dan beliau sudah menjadi Komandan Grup, tetapi ada hal yang menarik dari kepemimpinan Pak Soegito.

Waktu saya bergabung, Pak Soegito masih di Timor Timur. Ia memimpin penerjunan di Kota Dili di Timor Timur pada tanggal 7 Desember 1975. Setelah beliau kembali dari Timor Timur, sekitar Januari atau Februari 1976, beliau menceritakan kisah operasi penerjunan di Timor Timur.

Pak Soegito selalu mengingatkan bahwa tentara harus siap mati dan siap perang. Dalam perang, tidak ada perbedaan antara prajurit Tamtama yang pangkatnya paling rendah, atau komandan yang pangkatnya paling tinggi. Di kesatuan, semua menghadapi risiko yang sama.

Beliau juga menekankan bahwa pemimpin harus berada di tengah-tengah anak buah. Itulah yang dilakukan oleh Pak Soegito. Beliau terjun dalam sebuah serbuan bersama pasukannya dan terlibat dalam pertempuran di Dili sampai Dili dapat dikuasai sepenuhnya.

Pak Soegito menceritakan bahwa di Timor-Timur ada perwira yang gugur dan luka-luka. Dari beliau, kita mendengar bahayanya operasi tempur, tapi kami yang muda-muda semua ingin segera terlibat dalam operasi tempur. Kami ingin membuktikan bahwa kami tidak kalah dengan senior-senior kami, bahwa kami juga prajurit TNI yang setia dan patriotik.

Setelah beliau kembali dari operasi, dan aktif dalam kehidupan di Mako, saya melihat sendiri kepemimpinan Pak Soegito. Beliau selalu dekat dengan anak buah. Beliau selalu membawa senjata, padahal beliau sudah menjadi komandan grup. Jika beliau ingin, beliau bisa saja tetap di kantor dan tidak keluar. Tapi beliau selalu keluar.

Ketika ada olahraga basket sore-sore, beliau selalu bermain bersama kami para perwira. Malam-malam, kami sering diundang dan bermain gaplek dan domino di rumah beliau. Suasana TNI di tahun-tahun itu penuh keakraban. Pimpinan selalu bersama anak buah. Beliau juga humoris, sering bercanda.

Saya melihat bahwa selama karier beliau, beliau selalu berada di pasukan. Bahkan saat beliau pensiun, beliau tidak hidup berlebihan. Kehidupan beliau benar-benar kehidupan seorang prajurit sejati. Saya bersyukur beliau pensiun sebagai Letnan Jenderal TNI.