Kepemimpinan Letnan Jenderal TNI (Purn) Tarub Dalam Membawa Perubahan

by -71 Views

Prabowo Subianto adalah lulusan angkatan ’65. Pertama kali saya berinteraksi dengannya adalah ketika saya dipindahkan dari Kepala Staf Brigade menjadi komandan Pusdikpassus di Batujajar. Saya menganggap peristiwa ini sebagai sebuah kehormatan.

Saat dia menarik saya, Pak Tarub mengatakan, “Prabowo, coba kau benahi Batujajar. Kurikulum perbaiki. Buat tidak kalah dengan pasukan terbaik di dunia.” Misi itulah yang saya emban dan dengan dukungan penuh dari beliau saya melakukan perubahan kurikulum dan sistem latihan di Batujajar.

Sebelum menjabat komandan Pusdikpassus, saya meninjau beberapa pasukan khusus terbaik di dunia seperti Delta Force di Amerika, SAS di Inggris, dan GSG9 di Jerman. Setiap saya berkunjung ke pasukan, yang selalu saya cari adalah kurikulum pelatihan dan pendidikan mereka. Dari Pak Tarub saya belajar bahwa untuk menilai suatu pasukan, perlu melihat kurikulum pendidikan mereka, berapa jam pelajaran tentang taktik, teknik, dan sebagainya. Itulah yang saya lakukan dengan dukungan penuh dari Pak Tarub untuk memperbaiki mutu dan kurikulum pelatihan komando. Sekarang, setelah sekian puluh tahun saya monitor, beberapa perubahan yang saya lakukan masih terus diterapkan di Batujajar.

Pak Tarub dikenal sebagai sosok yang periang, penuh humor, persuasif, dan jarang marah. Beliau disukai atasan, disukai rekan, dan disukai anak buahnya.

Dari foto-foto daerah operasi, terlihat bahwa Pak Tarub selalu berada di daerah operasi sejak dia masih seorang kapten. Selain menembak, beliau punya hobi berolahraga, terutama bela diri.

Sering kali, Pak Tarub memberi tugas-tugas kepada saya, namun setelah itu, beliau membiarkan saya menyelesaikan tugas tersebut tanpa banyak campur tangan. Saya merasa bahwa banyak senior saya memberikan tugas, memberi perintah, dan memberikan dukungan, namun tidak mengganggu pelaksanaan tugas tersebut.

Sifat ini kemudian saya terapkan sebagai cara saya dalam memimpin. Saya sering memberi tugas kepada anak buah dan membiarkan mereka menyelesaikan tugas tersebut. Saya akan memberikan dukungan yang diperlukan, namun memberikan keleluasaan kepada mereka untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Sebagai orang lapangan, saya tidak suka setiap langkah harus diatur, ditanya, atau diawasi. Saya melihat ini sebagai gaya kepemimpinan yang berhasil.

Di pasukan-pasukan dunia yang hebat, gaya kepemimpinan jenderal-jenderal hebat luar negeri adalah demikian. Mereka dikenal dengan istilah “mission type order” yang cukup memberi tugas pokok tanpa perlu memberikan detail.

Ini juga yang dilaksanakan oleh Pak Sahala Rajagukguk saat mengendalikan saya pada tahun 1978 dalam operasi mengejar Lobato. Ia memberikan perintah yang jelas tanpa bertele-tele. Itu juga yang saya pelajari dari Pak Tarub.

Source link