Mantan Letnan Jenderal TNI Yogie Suardi Memet (Purn.)

by -47 Views

Oleh: Prabowo Subianto [diambil dari Buku: Catatan Kepemimpinan Militer dari Pengalaman Bab I: Pemimpin Teladan dari Tentara Nasional Indonesia]

Pak Yogie memang seperti kebanyakan generasi ’45. Wajahnya ramah. Dia memiliki mata tajam dan sikap yang sangat percaya diri. Dia sangat disiplin dan sangat berpengetahuan. Dia dapat berbicara dalam berbagai bahasa asing dengan lancar, dan tentu saja, dia sangat patriotik.

Nilai kunci yang saya pelajari dari generasi ’45 adalah cinta tanah air yang tanpa syarat. Mereka juga penuh percaya diri karena berhasil mengusir penjajah.

Pertemuan pertama saya dengannya, saya terkesan dia mengingatkan saya, atau mungkin memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya. Dia adalah seorang yang taat beragama dan rajin ke masjid. Dia yang pertama aktif untuk mengatasi perilaku yang kurang teratur di Korps Baret Merah.

Saya mengenal Pak Yogie Suardi Memet ketika saya lulus dari pelatihan komando di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pasukan Khusus (PUSDIKLATPASSUS), Batujajar. Saya saat itu menjadi Letnan Dua. Setelah lulus, saya melaporkan diri kepada Komandan KOPASSANDHA saat itu, Brigadir Jenderal Yogie Suardi Memet.

Meskipun posturnya tidak terlalu tinggi, penampilannya sangat menarik. Dia sangat rapi, dengan rambut pendek, kumis yang terawat rapi, dan seragam yang pas sempurna. Tidak ada sedikit pun lemak yang terlihat. Dia suka menggulung lengan bajunya untuk menunjukkan bisep dan trisep besarnya. Dia tegas namun penuh simpati.

Dia adalah contoh dari generasi ’45, yang penuh percaya diri setelah mengalahkan penjajah asing dan menunjukkan cinta tanah air yang kuat dan tanpa syarat. Seorang patriot. Dia juga sangat disiplin dan berpengetahuan, menguasai berbagai bahasa asing.

Saat pertama kali bertemu dengannya, saya terkesan dia mengingatkan saya, atau lebih tepatnya memperingatkan saya, untuk selalu menghormati kedua orang tua saya.

Dia adalah orang yang sangat religius dan rajin ke masjid. Dia yang mulai memberantas ‘kebiasaan buruk’ di antara Korps Baret Merah.

Pada saat itu, budaya minum-minum sangat merajalela di Korps tersebut. Ada ‘harapan’ bahwa para prajurit yang baik dalam pertempuran harus juga pandai dalam minum minuman beralkohol dan unggul dalam ‘kenakalan’ lainnya.

Yang menarik, jika dia menggunakan mobil dinas, dia tidak akan membiarkan istrinya duduk di depan, meskipun joknya kosong. Pada saat itu, mobil dinas Komandan KOPASSANDHA adalah Toyota Land Cruiser dengan atap kanvas. Bagi dia, mobil dinas tersebut adalah untuk para komandan, bukan untuk istri mereka. Inilah contoh yang menentukan generasi ’45.

Pak Yogie S. Memet adalah mantan Komandan Batalyon 330 Kujang I Siliwangi. Satuan yang dipimpinnya berhasil menangkap Kahar Muzakar di Sulawesi Selatan dalam operasi penindakan DI/TII di bawah pimpinan Kolonel Infantri Andi Muhammad Yusuf, Komandan Komando Daerah Militer XIV/Hasanuddin.

Dia bukan lulusan Akademi Militer. Ketika Indonesia baru saja memproklamirkan kemerdekaannya, negara belum memiliki akademi militer. Hanya ada program pelatihan perwira angkatan darat yang disebut P3AD di Bandung. Itulah tempat dia lulus. Selain Yogie S. Memet, alumni P3AD yang terkenal lainnya termasuk Jenderal L.B. Moerdani dan Letnan Jenderal Dading Kalbuadi.

Source link