Jenderal Ini Memilih Pensiun & Membuka Usaha Ayam setelah Mengalami Badai G30S

by -112 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Kisah tragis menimpa Sri Mulyono Herlambang. Jenderal bintang 3 dari Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) yang pernah menjabat Kepala Staf AURI ini memilih pensiun dan jualan ayam usai kejadian Gerakan 30 September (G30S) 1965. Bagaimana kisahnya?

Kisahnya dimulai dari gonjang-ganjing yang menimpa tubuh AURI pasca-kejadian G30S yang menewaskan perwira tinggi Angkatan Darat.

Ada dugaan bahwa AURI, yang menurut sejarawan Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern (2009) disebut sebagai angkatan paling setia kepada Presiden Sukano, ikut terlibat dalam kasus tersebut.

Sebab, pusat gerakan dan tempat tewasnya para jenderal berada di sumur maut Lubang Buaya yang dekat dengan markas AURI di Bandara Halim Perdanakusumah. Bahkan, dugaan keterlibatan itu juga diarahkan pada Menteri/Panglima Angkatan Udara (kini KASAU), Omar Dhani.

Meski Sukarno sebagai panglima tertinggi sudah membantah, seperti dikutip buku Kronik ’65 (2017), tetap saja tuduhan-tuduhan itu tak mampu menolong AURI. Pamor AURI turun dan petinggi-petingginya diganti. Pada November 1965, Omar Dhani sebagai Men/Pangau diganti oleh Sri Mulyono Herlambang. Lalu berselang 4 bulan kemudian, Sri juga diganti.

Menurut Humaidi dalam tesisnya “Politik Militer Angkatan Udara Republik Indonesia dalam Pemerintahan Sukarno” (2008), pergantian itu tidak lepas dari kedekatan keduanya dengan Sukarno.

Bahkan, akibat tuduhan itu, Omar Dhani dan Sri sempat ditahan Orde Baru. Namun, Sri lebih beruntung karena dia hanya ditahan sekitar 1 tahun saja. Sedangkan Omar dipenjara hingga puluhan tahun.

Meski begitu, penelitian sejarah kontemporer mengungkap bahwa AURI dan petingginya memang tidak terlibat G30S. Salah satunya dipaparkan sejarawan John Rossa dalam Dalih Pembunuhan Massal (2006, hlm. 64). Menurutnya, meskipun pimpinan G30S berada di Halim, tetapi tidak ada bukti kuat mereka bekerjasama dengan petinggi AURI selain Mayor Soejono.

Pada akhirnya, Sri pun mundur sebagai prajurit AURI pada 1 April 1967 setelah mengabdi selama 17 tahun dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal, setara jenderal bintang tiga. Saat semua pangkat dicopot dari bahunya itulah, Sri banting setir menjalani hidup baru sebagai pedagang ayam.

“Dengan cara ini, saya menghindar dari dengki dan iri yang amat kental mewarnai pergantian rezim. Sebab, siapa yang peduli kepada seorang tukang ayam?,” kata Sri Mulyono Herlambang kepada Tempo (29/08/1999).

Awalnya, dia memanfaatkan halaman rumahnya di Jl. Iskandarsyah, Jakarta Selatan, untuk bereksperimen sebagai peternak ayam petelur dan ayam potong. Bibitnya diambil dari Amerika dan Jepang. Pilihan ini tergolong nekat karena saat itu orang Indonesia lebih doyan ayam kampung. Namun, karena itu satu-satunya mata pencaharian, dia tetap menekuninya.

“Saya tidak mempunyai hobi memelihara ayam. Tetapi karena terpaksa saya mencobanya,” ujar Sri Mulyono Herlambang dalam buku Apa dan Siapa Sejumlah Orang Indonesia 1983-1984 (1984:276).

Tercatat, dia memulai bisnis ayam sejak 1967 lalu kariernya menanjak hingga menjadi direktur PT Daria Poultry Farm. Setelah bertahun-tahun berbisnis ayam, ada masa tiap minggunya produksi ayam potongnya yang terjual mencapai 750 ekor. Bahkan, pada 1980-an, dari 5.000 ayam potong, dirinya bisa mendapatkan pemasukan bersih sekitar Rp 250 ribu. Nominal itu termasuk besar di masanya.

Namun, keseriusan membesarkan bisnis ayam petelur di Indonesia tak cuma dilakukannya sendirian. Sekitar 1970-an, diketahui dia mengajak rekannya, Bos Sadino. Sri memberikan 50 ekor ayam ras secara gratis sebagai modal pertama Bob. Seluruh ayam itulah yang jadi cikal bakal Kem Chiks, bisnis Bos Sadino yang membuatnya kaya raya.

Seiring berjalannya waktu, setelah beberapa tahun berbisnis ayam potong, Sri Mulyono Herlambang lalu mulai berbisnis di dunia aviasi. Dia berdagang suku cadang, peralatan lapangan terbang, angkutan udara, dan konsultan penerbangan, yang semuanya berada di bawah bendera PT Conavi Aviation Consultant.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya
Belum Banyak Orang Tahu, Ini Asal Usul Kekayaan Jokowi

(mfa/mfa)