Boikot Digerus Israel, Berjuang Melawan Bangkrut dengan ‘Strategi Dahsyat’

by -92 Views

Sejak didirikan pada tahun 1948, Israel dianggap sebagai musuh yang harus dihapuskan oleh banyak pihak karena telah merebut tanah warga Palestina. Selama keberadaannya, Israel sering melakukan tindakan represif di luar batasan kemanusiaan.

Berdasarkan hal ini, muncul perlawanan dari banyak pihak. Mereka tidak hanya mengangkat senjata, tetapi juga melakukan pemboikotan. Pemboikotan ini dimulai sejak Juli 2005 di bawah bendera gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS).

Tujuan BDS secara umum adalah untuk menekan Israel di bidang ekonomi dan politik agar pendudukan di Palestina dapat berakhir. Gerakan ini kemudian mendapat perhatian luas di seluruh dunia karena dianggap sebagai satu-satunya cara mudah untuk melawan Israel.

Namun, banyak analis yang menganggap gerakan BDS hanyalah omong kosong. Karena sejak diluncurkannya gerakan tersebut, penindasan di Palestina tidak berhenti.

Sayangnya, penilaian analis tersebut berbeda dengan sikap pemerintah Israel sendiri dalam menghadapi gerakan BDS. Faktanya, Israel cukup takut dan berusaha melawan gerakan BDS dengan propaganda balasan.

Sejak gerakan BDS diluncurkan, pada awalnya pemerintah Israel dan Amerika Serikat, sebagai sekutu setia, tidak terlalu khawatir dengan propaganda tersebut. Namun, secara perlahan, BDS berhasil menjadi alat perlawanan yang efektif dalam menjelek-jelekkan, merendahkan, dan mencela Israel, Zionisme, Yahudi, dan Amerika Serikat.

Banyak negara yang memberikan perhatian khusus terhadap propaganda BDS. Di Kuwait, misalnya, pemerintah secara resmi melakukan boikot terhadap 50 produk yang terkait dengan pendudukan Israel di Palestina. Di Chile, pemerintah juga membekukan kerjasama dagang sebagai bentuk penindasan di Jalur Gaza. Di Australia, gerakan BDS mendapatkan tempat khusus melalui wawancara eksklusif di televisi yang sukses memojokkan Israel.

Melihat hal seperti ini, pemerintah Israel mulai menyadari bahwa gerakan BDS merupakan ancaman yang harus diperhitungkan. Oleh karena itu, sejak tahun 2010, Israel melancarkan proyek anti-BDS untuk menggagalkan propaganda BDS dengan mengeluarkan dana besar.

Ada dua cara yang dilakukan pemerintah Israel. Pertama, melalui propaganda melalui media. Pemerintah Israel mengirim dana besar untuk mendanai kampanye global melawan BDS. Dana tersebut digunakan untuk mengadakan konser dan propaganda melalui produk jurnalistik.

Kedua, melalui lobi-lobi politik ke berbagai negara. Amerika Serikat dan Jerman adalah dua negara yang paling menerima propaganda anti-BDS. Pemerintah kedua negara ini menentang gerakan BDS dengan alasan menyebarkan sikap anti-Semitisme dan politik kebencian.

Sejauh ini, kedua pihak menyatakan bahwa mereka telah berhasil. Aktivis BDS menyatakan bahwa gerakan mereka telah berhasil dalam memojokkan Israel. Namun, Israel menyebut bahwa gerakan BDS telah kalah dan gagal.

Namun, aktivis Palestina berpendapat bahwa upaya propganda balasan oleh pemerintah Israel tidak memiliki dampak besar. Dana yang digunakan untuk mengubah citra Israel masih kalah besar dengan berbagai tayangan tentang penindasan di Palestina.

Akhirnya, masih belum jelas siapa yang menang dalam “perang” propaganda ini.