Seseorang Memiliki Kekayaan Rp 585 T, Tapi Hanya Memiliki 2 Baju di Lemari

by -99 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Ini adalah kisah Tadashi Yanai, orang terkaya Jepang yang memiliki harta senilai Rp 585 triliun. Meskipun memiliki kekayaan triliunan, kehidupannya jauh dari kesombongan. Bahkan, dia hanya memiliki 2 baju di lemari pakaiannya.

Perlu diketahui, Tadashi Yanai adalah pemilik jaringan toko baju Uniqlo. Sejak kecil, dia sudah hidup lebih dari cukup. Ayahnya memiliki toko pakaian pria bernama Ogori Shoji di Ube, Yamaguchi Jepang. Berkat itu juga, dia bisa bersekolah sampai jenjang universitas.

Meski menjadi pewaris bisnis keluarga, Tadashi Yanai tidak langsung mengurusi toko Ogori Shoji. Dia malah menjadi sales di Supermarket Jusco selama setahun sebelum akhirnya keluar atas desakan ayahnya. Barulah selanjutnya dia turun gunung membesarkan toko baju ayahnya itu tepat di tahun 1984.

Turun gunung-nya Yanai dibarengi juga dengan pembukaan toko baju bernama Unique Clothing Warehouse yang disingkat Uniqlo. Uniqlo khusus menjual pakaian olahraga pabrikan ternama asal Amerika Serikat (AS) seperti Nike dan Adidas. Akibat warga Jepang saat itu sedang gandrung terhadap produk AS, praktis Uniqlo yang menjual barang dengan harga murah pun laris-manis.

Imbasnya, di Jepang, Uniqlo sudah ada diseantero negeri. Singkat cerita, gerai Uniqlo pun berubah nama menjadi Uniqlo akibat kesalahan staf menulis nama toko di Hong Kong.

Tak disangka, perubahan nama itu justru menjadi berkah. Gerai Uniqlo ibarat virus. Ini menyebar sangat cepat dalam waktu cukup singkat. Sampai tahun 1998 saja, Uniqlo sudah memiliki 300-an toko.

Kendati demikian, Yanai tak puas. Dia tak mau Uniqlo hanya menjual barang-barang produk dari perusahaan lain. Dia ingin Uniqlo seperti H&M, Marks & Spencer, Esprit dan produk Eropa lain yang memproduksi pakaian sendiri. Lantas, mengutip situs ABC, Yanai berkonsultasi dengan John Jay, pakar periklanan.

Kata Jay, Uniqlo sebaiknya membuat baju yang diperuntukkan untuk orang Asia. Apabila merek-merek Eropa yang sudah disebut sebelumnya menjual barang untuk orang Eropa, maka Uniqlo harus membuat baju sesuai karakteristik Asia. Selain itu perusahaannya juga diharuskan untuk membuat baju menggunakan teknologi yang membuat pengguna merasa cocok.

Sebagaimana dituliskan Fast Company, dari nasehat inilah Uniqlo membuat tiga jenis produk baju antara lain pakaian sangat ringan (lightweight), pakaian untuk cuaca dingin dan membuat suhu tetap panas (heat tech), dan pakaian yang adem (airism). Tak disangka seluruh ketiga jenis produk itu laku di pasar Asia.

Bagi orang Asia yang sering beraktivitas maka mereka membeli kategori lightweight. Bagi penduduk tropis seperti Indonesia maka mereka membeli produk airism. Begitu pula penduduk Asia beriklim dingin, maka mereka membeli heat tech.

Ketiga kategori inilah yang menjadi kunci sukses penjualan Uniqlo. Berkat inovasi ini pula, dalam laman resminya, Uniqlo memiliki 2.394 gerai di seluruh dunia. Di Indonesia saja ada 63 toko. Semuanya tergabung di bawah bendera Fast Retailing.Co milik Yanai.

Atas besarnya bisnis Uniqlo, kini Yanai dinobatkan Forbes sebagai orang terkaya nomor satu di Jepang. Sedangkan Bloomberg International Index menempatnya di urutan ke-35 sebagai orang terkaya di dunia. Tercatat, harta kekayaannya mencapai US$ 38,6 miliar atau setara Rp 585 triliun.

Menariknya, tulis CEO Magazine, Tadashi Yanai juga mengikuti tren kesederhanaan berpakaian ala bos Facebook Mark Zuckerberg atau bos Microsoft Bill Gates. Selama menjalani aktivitas sehari-hari, dia hanya memiliki 2 baju di lemari pakaiannya.

Dua baju itu adalah wol Merino berwarna biru tua senilai US$15. jumper dan setelan biru +J hasil kolaborasi Uniqlo dengan desainer Jerman Jil Sander.