War Takjil: Komunikasi Damai dalam Budaya Indonesia

by -89 Views
War Takjil: Komunikasi Damai dalam Budaya Indonesia

loading…

Obral-Obrol LiTerasi Digital yang membahas topik Budaya Ramadan: War Takjil di Media Sosial yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Foto/Istimewa

JAKARTA – Media sosial (medsos) telah menjadi sarana utama bagi masyarakat Indonesia dalam berbagi pengalaman, tren, dan informasi dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini juga terjadi selama bulan suci Ramadan 1445 Hijriah.

Pada Ramadan kali ini, media sosial menjadi tempat yang ramai terutama dalam menyebarkan informasi tentang makanan dan minuman berbuka puasa atau takjil. Indonesia memiliki kekayaan budaya berbuka puasa yang unik dan menarik.

Fenomena mencari takjil mendominasi percakapan di media sosial dan para kreator berbondong-bondong menyemarakkan bulan Ramadan dengan berbagai konten menarik mengenai pengalaman mencari takjil, makanan favorit saat berbuka puasa, resep menu berbuka puasa, dan tempat-tempat menarik untuk mencari takjil.

Tidak hanya masyarakat Muslim, tetapi juga masyarakat non-Muslim ikut merasakan pengalaman mencari takjil dan menikmati menu berbuka puasa yang biasanya hanya tersedia selama bulan Ramadan. Fenomena war takjil membuat suasana lebih tenang, terutama setelah berbagai pertarungan politik setelah pemilu.

Fenomena War Takjil ini dibahas dalam acara Obral-Obrol LiTerasi Digital yang membahas topik “Budaya Ramadan: War Takjil di Media Sosial” yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Pengurus Pusat GP Ansor, Mabrur L Banuna mengatakan bahwa perilaku konsumsi dan tradisi keagamaan masyarakat selama Ramadan sangat dipengaruhi oleh perkembangan dunia digital.

“Bahkan, kehidupan beragama juga tidak lepas dari pengaruh dunia digital. Oleh karena itu, sering terjadi perdebatan yang tanpa dasar ilmu,” kata Mabrur, Minggu (24/3/2024).

Menurutnya, saat media sosial terlibat dalam perang, seringkali agama menjadi kambing hitam. Namun, dengan adanya war takjil, suasana menjadi lebih harmonis dan tidak ada rasa sakit hati.

“War takjil sebenarnya membahas inti dari beragama, yaitu ibadah puasa. Dan ternyata umat beragama di Indonesia bisa bersatu tanpa membawa-bawa agama ke dalam politik,” jelas Mabrur.