Pemerintah Didesak Yastroki untuk Prioritaskan Perekonomian Mikro demi Mengatasi Depresi yang Menimpa Rakyat Kecil pasca Pemilu 2024

by -67 Views

Ketua Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) Mayjen TNI (Pur) Tugas Ratmono menyalurkan bantuan makanan dan tongkat kepada penderita stroke. Foto/istimewa

JAKARTA – Depresi melanda rakyat kecil akibat kesulitan ekonomi. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya jumlah penderita stroke di Indonesia. Untuk itu, pemerintah yang terpilih dalam Pemilu 2024 didesak untuk memprioritaskan pemberdayaan ekonomi mikro berbasis lingkungan. Desakan ini disampaikan oleh Ketua Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) Mayjen TNI (Pur) Tugas Ratmono di daerah padat penduduk Pulo Gebang, Cakung, Jakarta Timur pada Sabtu, 30 Maret 2024.

“Pemerintah yang akan datang diharapkan peduli terhadap rakyat di lapisan bawah yang sedang kesulitan mencari nafkah. Usaha mikro berbasis lingkungan harus mendapat perhatian,” kata Dr. Tugas dalam acara Safari Ramadan yang berbagi paket makanan dan tongkat lipat kepada Ny. Ida Mursyida, seorang penderita stroke.

Bantuan paket makanan dan tongkat ini merupakan hasil kerja sama Yastroki dengan Yayasan KRESHNA, sebuah komunitas penderita stroke yang dapat bertahan hidup. Selain mengunjungi Ny. Ida Mursyida, kunjungan juga dilakukan ke rumah Sutarno di Duren Sawit, Jakarta Timur.

Dr. Tugas menjelaskan bahwa ekonomi mikro berbasis lingkungan mengacu pada usaha barang dan jasa sehari-hari di sekitar pemukiman warga yang mudah diakses oleh penduduk setempat. Pemberdayaan ekonomi mikro ini harus melibatkan Kementerian Koperasi, Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro (UMKM), serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin).

“Jika tidak mendapat perhatian, gangguan kesehatan akan semakin merajalela. Rakyat miskin rentan terkena stroke dan penyakit lainnya,” ujarnya.

Menyikapi kondisi yang memprihatinkan tersebut, Yastroki merencanakan studi mendalam tentang masalah kemiskinan yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat. Karena jumlah penderita stroke di Indonesia saat ini menjadi penyebab kematian terbanyak.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah penderita stroke di Indonesia meningkat 56% dari 7 per 1.000 penduduk pada 2013 menjadi 10,9 per 1.000 penduduk pada 2018. Total penderita stroke mencapai sekitar 2,91 juta jiwa.

Sementara itu, Pimpinan KRESHNA Suhadi mengatakan bahwa selama Ramadan pihaknya telah mendatangi 55 penderita stroke di wilayah Jabodetabek. “Penyerahan bantuan tersebut dihadiri oleh Wakil Sekjen Yastroki Kol (Pur) Hari Soesetyo, SKM, MARS. Ketua Yayasan Kota Jakarta Weltevreden Toto Irianto,” ujarnya.