Yahudi Turun Temurun Cari Penghidupan di Indonesia, Berhasil Mendominasi Properti di Jakarta

by -108 Views

Bangsa Yahudi hidup tersebar di seluruh dunia. Mereka mencari peruntungan di tempat baru. Salah satu tempat yang mereka datangi adalah Indonesia. Catatan sejarah menyebutkan bahwa ada banyak orang Yahudi yang hidup dan mencari rezeki di Indonesia, salah satunya adalah Leendert Miero.

Leendert Miero memiliki nama asli Jehoeve Leip Benjegiehel Snijder. Ia adalah seorang Yahudi asal Rusia yang datang ke Hindia Belanda pada tahun 1775. Kedatangannya ke Hindia Belanda adalah untuk melayani sebagai tentara VOC.

Selama bertugas, Miero hanya melakukan tugas menjaga keamanan. Namun, pada suatu hari pada tahun 1778, Miero melakukan kesalahan yang fatal. Saat menjaga rumah milik pejabat VOC bernama Reiner de Klerk, ia tertidur dan membuat kesalahan. Akibatnya, Reiner marah dan memukul Miero sebanyak 50 kali. Miero menderita dan mengeluarkan sumpah serapah bahwa suatu hari nanti ia akan membeli seluruh rumah dan tanah tersebut.

Untuk mewujudkan sumpahnya, Miero segera mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai tentara dan beralih profesi menjadi seorang pengusaha. Ia berdagang emas dan membuka toko dekat Glodok. Selain itu, ia juga menjadi seorang rentenir. Ia memiliki tekad kuat untuk mencapai mimpinya dan bekerja keras menghadapi segala rintangan. Akhirnya, Miero menjadi kaya raya.

Menurut Adolf Heuken, kekayaan Miero memungkinkannya untuk membeli apa pun yang diinginkannya. Ia membeli toko, tanah, rumah, termasuk rumah yang disumpahkannya. Ketika Miero sukses, majikannya yang dahulu memukulinya telah meninggal dunia. Hanya ada istri majikannya yang masih hidup. Miero segera membalas dendam tanpa ragu. Ia membeli seluruh rumah yang dulunya menjadi milik majikannya pada tahun 1818 dan hidup sebagai orang kaya di Batavia.

Selain memiliki rumah tersebut, Miero juga memiliki rumah dan tanah yang sangat luas sekitar 25 km di selatan Batavia, yang dulunya milik seorang pejabat Belanda. Di tanah tersebut, ia memiliki rumah yang sangat besar yang sering disebut sebagai ‘Pondok Gede’ oleh orang-orang.

Miero dikenal sebagai juragan tanah. Hidupnya berakhir pada 10 Mei 1834 dan seluruh hartanya diwariskan kepada anak-anaknya. Tanah dan rumah yang dulu ditempati oleh Miero kini berubah menjadi kawasan Pondok Gede, Jakarta Timur.