Beherrsche die Welt mit dem Verkauf von Hosen.

by -95 Views

Jakarta, CNBC Indonesia – Pepatah bijak mengatakan, “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang.” Artinya, apabila manusia mati, maka jasa dan semua perbuatannya akan selalu dikenang sepanjang masa.

Itulah yang terjadi pada Levi Strauss, pencipta celana Levi’s. Meski sudah tiada, namanya selalu dikenang sebagai keturunan Yahudi tersukses di dunia. Bahkan, produk bisnisnya sukses menguasai ‘seluruh dunia’.

Bagaimana ceritanya?

Cerita bermula di California, Amerika Serikat, pada pertengahan abad ke-19. Di sana sedang booming emas, sehingga banyak orang berdatangan ke sana untuk mencari emas buat dijual kembali. Salah satu orang yang datang adalah Levi Strauss.

Dia datang bersama ibu dan dua adiknya setelah menempuh perjalanan berhari-hari dari Jerman. Setibanya di Paman Sam pada 1847, pria kelahiran Bavaria, 26 Februari 1829, ini bergegas mencari uang.

Namun, dia tidak ikut-ikut menjadi penambang emas. Dia memilih menjalani hidup sebagai pedagang keliling lewat bendera J. Strauss & Co yang didirikan kakaknya di New York.

Bagi Levi menjadi pedagang bukanlah pekerjaan baru. Sebab Levi lahir dan tumbuh besar di keluarga pedagang Yahudi. Bapak dan ibunya, yang terlebih dahulu sukses merintis usaha di Jerman, sering melibatkan Levi di urusan bisnis. Atas dasar inilah dia cukup paham soal mekanisme bisnis.

Alhasil, sejak memutuskan tinggal di California, dia pun langsung berdagang. Menurut buku Inventors and Inventions (2008) Levi kemudian mendirikan Levi Strauss & Co. yang menjual pakaian dan perlengkapan rumah tangga, seperti sisir, cermin, handuk, dan sebagainya.

Meski begitu, seluruh bisnisnya itu tidak berjalan lancar. Hal ini terjadi karena seluruh produknya tidak cocok di pasar California yang didominasi penambang. Rupanya mereka tidak terlalu memikirkan produk seperti itu.

Beruntung, di tengah ancaman kebangkrutan bisnis, tiba-tiba datang seorang pelanggan perempuan yang membawa keluhan.

Dia kesal bahwa celana panjang milik suaminya yang berprofesi penambang emas sering sobek. Saat dijahit ulang, tak lama kemudian sobek lagi. Begitu terus kejadiannya. Alhasil dia minta tolong kepada Levi mencarikan bahan yang tebal dan cukup kuat agar tidak sobek.

Sebagaimana dipaparkan Lynn Downey dalam Levi Strauss and Co (2009), Levi bergegas mendatangi penjahit kenalannya, Jacob Davis, untuk menyampaikan niatannya itu. Keduanya pun langsung grasak-grusuk mencari bahan celana yang pas buat si penambang.

Sangat sulit bagi keduanya mencari celana yang tahan lama, tebal, dan nyaman digunakan. Hingga akhirnya, mereka menemukan satu bahan yang dimaksud. Bahan itu adalah denim yang disebutnya sebagai waist overalls.

Singkat cerita, dari bahan itu jadilah celana buat penambang yang penuh jahitan dan paku di setiap lekukan. Saat dipakai oleh si penambang ternyata celana itu benar-benar kuat setelah digunakan dalam waktu lama.

Dari sinilah, celana buatan Jacob itu mulai populer. Dia pun mulai kebanjiran orderan dan kemudian mematok harga sebesar US$ 3 per celana. Soal ini dia bekerjasama dengan Levi. Seluruh celana buatan Jacob bakal didistribusikan oleh Levi Strauss & Co.

Keduanya kemudian mendaftarkan penemuan celana denim itu ke hak paten pada 1873. Sejak itulah, penjualan celana denim di California hanya dipegang oleh Levi Strauss & Co. Keduanya pun cuan besar.

Seiring waktu, popularitas celana tersebut semakin meluas. Seluruh Amerika Serikat menggandrungi celana yang kemudian dikenal sebagai jeans bermerek Levi’s. Kekayaan Levi pun melejit dan seketika menjadi miliarder di AS tahun 1890-an.

Saat meninggal pada 26 September 1902, Levi diketahui memiliki rumah seharga US$ 300 juta atau sekitar Rp 4 triliun. Layaknya orang kaya pada umumnya, Levi juga aktif di kegiatan filantropis. Dia mendirikan Levi Strauss Foundation yang aktif di kegiatan pendidikan dan amal. Tak cuma itu, dia juga aktif dalam organisasi komunitas Yahudi di Amerika Serikat.

Tak heran apabila Times of Israel menyebut Levi sebagai orang keturunan Yahudi yang paling sukses di Barat. Sebutan itu memang tak berlebihan. Pasalnya, setelah kematiannya bisnis Levi’s semakin moncer.

Perlahan tapi pasti celana jeans buatan Levi’s sukses menguasai dunia. Bahkan, merek Levi’s sudah menjadi kata ganti dari celana jeans. Di Indonesia, merek Levi’s juga hadir dan merajalela di pasaran. Tukang reparasi celana saja menggunakan nama ‘vermak levis’ sebagai promosi.

Kini, bisnis Levi’s yang diteruskan oleh anak-cucunya sudah menginjak usia 170 tahun. CNBC International mencatat Levi Strauss & Co sukses meraup untung Rp 20 Triliun di tahun 2022.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel Selanjutnya

Angka Hoki yang Mengantarkan Sampoerna Jadi Raja Rokok RI