Membujuk Istri Membawa Berkah, Bisnis Individu ini Menguntungkan di Indonesia.

by -92 Views

Sumedang dikenal sebagai kota yang identik dengan tahu. Makanan tersebut banyak diproduksi di sana. Selain itu, di banyak kota juga banyak orang yang menjual tahu dengan embel-embel “Tahu Sumedang”. Namun, belum banyak orang yang tahu bahwa produksi tahu Sumedang tidak dimulai oleh orang Sumedang sendiri.

Ternyata, tahu Sumedang diciptakan oleh seorang imigran China yang menciptakan makanan tersebut untuk istri tercintanya. Pada tahun 1900-an, ada dua imigran asal China yang datang ke Sumedang. Mereka adalah Ong Ki No dan istrinya yang datang untuk berdagang. Meskipun tidak diketahui dengan pasti apa yang mereka jual, pada suatu saat istri Ong rindu makanan China, khususnya tao-fu yang sekarang dikenal sebagai tahu. Namun, mereka tidak dapat makan tahu karena tidak ada kacang kedelai di Sumedang.

Karena perasaan sayangnya kepada istrinya, Ong Ki No rela melakukan perjalanan mencari kacang kedelai di daerah yang asing baginya. Beruntung, Ong dengan cepat menemukan kebun kacang kedelai di wilayah Conggeang. Dia segera mengolahnya dan menjadikannya tahu pertama di Sumedang. Tahu tersebut merupakan tahu putih yang direbus. Istri Ong sangat menyukainya dan selalu menikmati tahu buatan Ong.

Karena kecintaannya kepada istri, Ong hampir setiap hari memasak tahu sebagai santapan utama. Dia bahkan kadang-kadang membagikan tahu secara gratis kepada sesama etnis Tionghoa atau tetangga pada hari raya. Namun, antusiasme orang terhadap tahu tersebut sangat rendah. Bukan karena masalah harga atau tidak, tetapi lidah mayoritas orang Sumedang tidak bisa menerima tahu buatan Ong. Karena penurunan omset, Ong dan istri memutuskan untuk pulang kampung ke China pada tahun 1917.

Pada tahun yang sama, anak Ong, Ong Bung Keng, datang ke Sumedang untuk melanjutkan bisnis ayahnya. Kegagalan orangtuanya dalam menjual tahu membuat Ong Bung Keng berpikir tentang cara membuat tahu yang lebih menarik. Dia mencoba menggoreng tahu putih tersebut. Hasilnya adalah tahu yang renyah, berongga, dan lebih gurih daripada tahu rebus biasa. Selain itu, saat digoreng, tahu mengeluarkan aroma yang sangat harum. Aroma inilah yang berhasil menarik perhatian banyak orang.

Walaupun tahu goreng milik Ong Bung Keng sangat populer, dia belum berniat menjualnya. Pada tahun 1928, Bupati Sumedang, Pangeran Soeriaatmadja, secara tidak sengaja bertemu dengan Ong di tengah perjalanan. Dia terpikat dengan aroma tahu goreng buatan Ong. Setelah mencicipinya, Bupati segera meminta Ong untuk menjual tahu goreng tersebut karena pasti akan laku. Sejak saat itu, tahu goreng pertama kali dijual di Sumedang dengan harga sekitar 3 peser atau 1,5 sen.

Tahu buatan Ong dikenal sebagai tahu Bungkeng dan sudah ada selama 4 generasi atau lebih dari 1 abad. Dimulai dari Ong Kino (1900), Ong Bungkeng (1917), Ong Yukim (1970), dan saat ini dijalankan oleh Suryadi Ukim dan anaknya, Edric Wang. Artinya, tahu Sumedang yang kita kenal sekarang ini berasal dari inisiatif seorang imigran China dan telah melewati berbagai generasi.